Oke gini, berhubung ada beberapa yang tidak paham kenapa Traveloka diboikot dan apa hubungannya dengan Anies? Mungkin tulisan saya yang sebe...
Oke gini, berhubung ada beberapa yang tidak paham kenapa Traveloka diboikot dan apa hubungannya dengan Anies? Mungkin tulisan saya yang sebelumnya kurang jelas soal ini.
Jadi gini ceritanya, Anies diundang ke acara peringatan 90 tahun berdirinya Kolese Kanisius, salah satu sekolah pilihan di Jakarta. Saat Anies pidato, Ananda Sukarlan yang merupakan seorang pianis melakukan Walkout. Keluar. Males katanya dengerin pidato Anies. Dan hal ini diikuti oleh banyak alumni Kanisius yang waktu itu juga hadir. Tapi setelah Anies selesai pidato, semua kembali masuk dan duduk di tempat masing-masing. Intinya memang protes terhadap Anies.
Ananda Sukarlan merupakan salah satu penerima penghargaan dari Kanisius, bersama Romo Magnis Suseno (tokoh Jesuit), Irwan Ismaun Soenggono (tokoh pembina pramuka), Dr. Boenjamin Setiawan dan satu lagi Derianto Kusuma yang merupakan pendiri Traveloka.
Dalam pidato Ananda Sukarlan, dia bilang “Anda telah mengundang seseorang dengan nilai-nilai serta integritas yang bertentangan dengan apa yang telah diajarkan kepada kami. Walaupun anda mungkin harus mengundangnya karena jabatannya, tapi next time kita harus melihat juga orangnya. Ia mendapatkan jabatannya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Kanisius.”
Gara-gara aksi walk out Ananda Sukarlan dan pidatonya itulah kemudian beredar cerita hoax bahwa Derianto Kusuma si pendiri Traveloka menyalami Ananda Sukarlan dengan suka cita. Dari sinilah kemudian dibuat gerakan boikot atau #uninstallTraveloka.
Padahal Derianto Kusuma sang pendiri Traveloka tidak datang dalam acara tersebut. Sehingga confirm bahwa cerita Ananda Sukarlan disalami oleh pendiri Traveloka adalah cerita hoax.
Tapi meskipun hoax, itu sudah terlanjur dipercayai oleh para pendukung Anies. Sehingga mereka emosi dan terbentuklah gerakan trending topic #uninstallTraveloka. Padahal kalau ditanya apakah mereka pakai Traveloka, ya belum tentu pakai.
Bukti mereka pembuat dan pemakan hoax
Hikmah dari kasus ini adalah, akhirnya kita tahu bahwa yang selama ini buat hoax ya mereka. Lalu mereka marah sendiri dan boikot sendiri. Mereka pembuat sekaligus pemakannya.
Selain itu, kita jadi tahu bahwa kalau Anies diserang, maka 212 siap cari kambing hitam untuk diboikot.
Penolakan sudah dimulai
Terlepas dari apapun yang orang katakan tentang Ananda Sukarlan, saya melihat satu penolakan ini adalah tanda dimulainya penolakan terhadap Anies, Gubernur yang banyak dianggap menang dengan cara menakut-nakuti mayat dengan ayat. Dan itu sudah disampaikan secara tidak langsung oleh Ananda Sukarlan “Ia mendapatkan jabatannya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Kanisius.”
Apa yang dilakukan oleh Ananda Sukarlan, dengan segala popularitas dan pencapaiannya selama ini, merupakan sebuah keberanian untuk keluar dan bersuara. Tidak mudah bagi seseorang seperti dia, berprestasi, tapi mau menyuarakan hati nuraninya. Karena konsekuensinya cukup berat. Dia mungkin akan ditinggal penggemarnya yang dari kelompok pendukung Anies, atau job manggungnya bakal berkurang setelah ini karena insiden kemarin. Tapi semua resiko tersebut dia ambil.
Yang akan menjadi ancaman bagi Anies Sandi selanjutnya adalah, apakah akan muncul orang-orang seperti Ananda Sukarlan lagi? dari kalangan profesional, memiliki nama dan karir, kemudian tiba-tiba melakukan penolakan secara terbuka di tempat umum. Jika ini terjadi lagi, maka kemungkinan akan menjadi bola salju dan diikuti oleh banyak orang.
Apapun itu, penolakan terhadap Anies sudah dimulai. Selanjutnya kita akan lihat apakah penolakan ini akan berlanjut atau berhenti di Ananda Sukarlan?
Sebagai warga yang baik, sebenarnya kita mau agar kita semua ini memikirkan kemajuan kota, kemajuan negara. Tidak perlu lagi ada elemen propaganda SARA dengan istilah pribumi, China, kafir, Islam dan seterusnya.