Kenyataan Anies Baswedan ingin mencalonkan diri menjadi Presiden pada tahun 2019 nanti telah banyak diprediksi orang. Bahkan media Singapura...
Kenyataan Anies Baswedan ingin mencalonkan diri menjadi Presiden pada tahun 2019 nanti telah banyak diprediksi orang. Bahkan media Singapura The Straits Times mengulas bahwa setelah menguasai Balaikota, ambisi Anies adalah mencalonkan diri pada Pilpres 2019 nanti. Apakah prediksi-prediksi tersebut akan menjadi kenyataan? Karena sampai sekarang Anies belum menyatakan secara terbuka atau terang-terangan bahwa dirinya akan memimpin Jakarta sampai tuntas. Artinya, Anies berkesempatan untuk dapat mencalonkan diri pada Pilpres 2019.
Oleh karena itu Partai Gerindra harus selalu waspada dengan manuver Anies Baswedan ini. Karena tanda-tanda Anies ingin mencalonkan diri sudah di depan mata. Jabatan Gubernur Jakarta hanyalah sebagai sebuah batu loncatan bagi Anies agar dirinya selalu disorot oleh media. Kalau Partai Gerindra tidak memperingatkan Anies, maka Anies akan menjadi ancaman real bagi Prabowo. Apalagi ambisi Prabowo untuk menjadi Presiden sampai sekarang belum juga pudar. Prabowo akan terus berusaha sekuat mungkin agar dirinya dapat mencalonkan diri dan akhirnya terpilih menjadi Presiden.
Bagaimana kita mengatakan bahwa Anies Baswedan sudah mempersiapkan dirinya menuju RI-1? Anies Baswedan bukanlah orang bodoh, dia sudah belajar, sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari untuk menjadi Presiden. Menjadi rektor termuda di Indonesia, menggagas Indonesia Mengajar, ikut konvensi calon presiden Partai Demokrat, menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan kemudian terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta. Itu semua adalah langkah-langkah yang ditempuh oleh Anies agar dirinya selalu diperbincangkan dan disorot media.
Setelah menggunakan isu kebhinnekaan, yang tetap tidak mendongkrak popularitas Anies Baswedan di kalangan umat Islam yang adalah mayoritas di Indonesia. Anies pun menggunakan isu keagamaan untuk meningkatkan popularitasnya. Dan kenyataannya isu ini membuat Anies terpilih menjadi Gubernur Jakarta. Karena keberhasilan ini, maka Anies akan tetap menggunakan isu ini untuk Pilpres 2019 nanti.
Dan mulai sekarang Anies sudah mencitrakan dirinya adalah seorang yang sederhana. Berpose dengan gagah di tempat pembuangan sampah walau pun sudah menjadi Gubernur. Ini mengisyaratkan bahwa Anies senantiasa bersama dengan orang yang lemah. Semakin komplet ketika Anies berkunjung ke sebuah warung sederhana dan meminum teh hangat di sana.
Bukan itu saja, Anies juga mencitrakan dirinya sebagai seorang Gubernur yang sederhana. Walau pun menggunakan sepeda motor tidak masalah bagi dirinya. Menerima pengaduan warga seperti yang dilakukan oleh Ahok, juga dilakoni oleh Anies. Agar dirinya tetap dianggap pro pada rakyat kecil. Ini semua dilakukan oleh Anies agar dirinya dianggap peduli pada rakyat kecil. Dan dia dapat menyelesaikan masalah yang menimpa warganya.
Ketika Anies menggunakan kata pribumi pada saat pidato pertamanya. Ini bukanlah slip lidah dari Anies. Karena kita tahu bahwa Anies adalah seorang Ph.D. yang tak mungkin tak tahu istilah pribumi. Kata ini memang sengaja digunakan oleh Anies Baswedan untuk menyasar mereka yang selama ini merasa terpinggirkan. Inilah kelihaian Anies. Dia menggunakan kesempatan tersebut untuk mencitrakan dirinya sebagai pihak pribumi, walau pun kenyataannya Anies Baswedan adalah keturunan Arab. Bukan penduduk asli Indonesia.
Siapakah yang disasar oleh Anies Baswedan? Mereka adalah ormas-ormas Islam yang selama ini merasa dianaktirikan oleh penguasa. Dan ormas-ormas inilah yang ingin dirangkul oleh Anies Baswedan untuk mendukung dirinya menuju RI-1. Tentu saja kita tahu bahwa ormas-ormas ini juga berafiliasi ke partai politik Islam. Dan ini yang diharapkan akan mendukung Anies pada Pilpres 2019 nanti.
Tentu hal ini akan menjadi ancaman nyata bagi Prabowo yang akan tetap mencalonkan diri pada Pilpres nanti. Mengapa hal ini menjadi ancaman bagi Prabowo? Karena ambang batas Partai Gerindra tidak memenuhi syarat minimum untuk mengajukan sendiri calon presiden, karena Gerindra hanya punya 13% kursi di DPR. Dan Gerindra harus berkoalisi dengan partai lainnya.
Karena harus berkoalisi dengan partai lainnya inilah yang membuat posisi Prabowo terancam. Apalagi jika PKS hengkang dari koalisi dengan Partai Gerindra. PKS tentu akan lebih memilih Anies Baswedan yang jelas-jelas berpihak pada mereka. Apalagi Anies sekarang sedang menarik simpati dari partai-partai Islam untuk mendukung dirinya. Dan kata pribumi yang terucap dari Anies Baswedan adalah salah satunya.
Jika PKS meninggalkan Prabowo dan lebih cenderung memilih Anies Baswedan, maka tamatlah riwayat Prabowo. Karena Partai Gerindra akan sangat sulit berkoalisi dengan partai nasionalis lainnya, karena partai-partai Islam tentu akan lebih mendukung Anies Baswedan. Sedangkan Partai Gerindra adalah sebuah partai nasionalis seperti Golkar dan PDIP.
Maka bukan Jokowi yang menjadi ancaman bagi Prabowo, tetapi justru Anies yang menjadi ancaman nyata bagi Prabowo Subianto. Jika Anies menyatakan diri maju pada Pilpres 2019, maka Prabowo bukan hanya bisa kalah di Pilpres, bahkan mencalonkan diri pun tidak bisa sama sekali.
Apakah Partai Gerindra sedang memelihara macan? Mari kita lihat nanti.
Saya kira demikian saja.
sumber;tempo,seword