Indonesia Tak Perlu Memberi Status WNI Kepada Rohingya?

Membaca judul di atas pasti akan ada yang bereaksi : “Dih kok jahat sih” “Nggak punya rasa kemanusiaan” “Nggak ada kasihannya dengan Rohingy...






Membaca judul di atas pasti akan ada yang bereaksi :

“Dih kok jahat sih”

“Nggak punya rasa kemanusiaan”


“Nggak ada kasihannya dengan Rohingya”

“Tidak membantu sesama Muslim”

“Dasar cebong sinis dengan upaya kemanusiaan”

Tak apa. Saya tidak ambil pusing dengan komentar yang muncul seperti di atas. Warga Rakhine-Arakan (tidak hanya yang beretnis Rohingya atau yang beragama Muslim saja) memang perlu dibantu, saya sangat setuju. Di sana sedang ada tragedi kemanusiaan yang memakan banyak korban, mengakibatkan kerugian materi-imateriil-bahkan nyawa sekalipun, banyak anak-anak dan wanita yang terpaksa mengungsi atau hidup bersembunyi di kebun dan hutan, dll.


Tak hanya diserang oleh junta militer yang dikaitkan dengan isu mempermudah eksplorasi ladang minyak, di sana juga ada gerombolan teroris Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) yang sudah menyatakan berbaiat ke Daesh ISIS dan ingin mendirikan negara Islam di wilayah itu. Siapa korban utamanya? Warga sipil tentu saja tanpa melihat latar agama maupun etnisnya. Siapapun di sana bisa menjadi korban.

Salah satu hal yang sering dialami oleh etnis Rohingya yang kebetulan menjadi mayoritas penduduk di wilayah itu selain serangan juga perilaku diskriminasi. Tapi pun yang melakukan diskriminasi sebetulnya bukan umat Buddha secara mayoritas melainkan Buddha radikalis. Ya samalah dengan Muslim di Indonesia. Mayoritas senangnya damai namun ada kelompok radikal yang demen goreng isu sana-sini dan sering memusuhi mereka yang berbeda, bahkan yang seiman namun beda mahzab saja juga dimusuhi.

Rohingya ini di Myanmar tidak dianggap karena dipandang sebagai minoritas, mereka lari ke Bangladesh sebagai negeri paling dekat pun juga ditolak karena dianggap warga Myanmar, bukan Bangladesh.

Nah kenapa saya tidak setuju Rohingya ini diberikan status Warga Negara Indonesia? Lah memangnya untuk membantu dan menyelesaikan masalah harus dengan memberikan kewarganergaraan? Lagipula negeri ini menurut saya belum bisa bersahabat bagi minoritas meski yang satu iman sekalipun. Coba saja liat nasib kasus Ahmadiyah di Cikeusik, NTB, atau pengungsi Syiah di Sampang. Nasib mereka terkatung-katung. Menteri Agama juga tidak bisa memberi solusi malah menyarankan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri. Lucu kan?

Itu yang seagama. Yang beda agama dan beda suku? Yah selama masih ada teriakan dan diskriminasi “lu cina ya?dasar aseng blablabla….“, “oh dasar Arab!“, atau bahkan antar pribumi yang beda suku saja masih sering membeda-bedakan maka negeri ini belum layak untuk jadi pahlawan kemanusiaan sampai memberikan jaminan ke pengungsi Rohingya kewarganegaraan Indonesia. Adakah jaminan bahwa nantinya mereka tak dibedakan dan diperlakukan layak di nusantara tercinta ini?

Lagipula banyak pengungsi Rohingya yang hanya menjadikan Indonesia sebagai negara transit sebelum menuju negara barunya. Tentu saja negara yang dituju adalah negara yang menurut mereka lebih berprospek seperti Malaysia, Amerika Serikat, dll. Selama bertahun-tahun sebetulnya Pemerintah RI sudah sangat tanggap dan membuka pintu lebar terhadap kehadiran mereka. Di Blang Adoe, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh misalnya ada tempat untuk menampung mereka. Namun entah apa karena blue printnya sejak awal kurang matang sehingga di sana justru kurang tertata dengan baik.
“Indonesia merespons terlalu terlalu responsif yang mengakibatkan kementerian-kementerian cepat sekali turun dan membereskan segala sarana seakan-akan mereka (pengungsi) akan hidup 1.000 tahun di negeri kita,”
Lantas dengan cara apa kita membantu? Pada 31 Agustus kemarin pun sudah diluncurkan Humanitarian Assistance for Sustainable Community (HASCO) untuk Myanmar oleh Kementerian Luar Negeri kita. Program HASCO bertujuan untuk memberikan bantuan bagi rakyat Myanmar, khususnya di Rakhine State, dalam bidang peningkatan kapasitas, pengiriman tenaga ahli, livelihood, dan pemulihan.​ Program yang merupakan komitmen dari sebelas organisasi sosial kemasyarakatan ini akan dilaksanakan selama dua tahun. Bantuan senilai 2 juta USD tersebut didapat dari donasi masyarakat indonesia yang telah terkumpul melalui lembaga anggota AKIM. Walubi bersama Mer-C, PMI, dan PKPU pun sudah bersinergi membangun layanan kesehatan di Rakhine.

Masyarakat yang mau membantu dengan donasi sebaiknya salurkan ke lembaga yang terpercaya sebab saat ini banyak sekali posko dan dompet kemanusiaan yang dibuka dengan memampang foto Rohingya namun kita tidak tahu apakah nantinya akan disalurkan secara tepat dan akuntabilitasnya terjaga atau tidak. Kenapa harus waspada? Karena di sana juga ada Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), teroris Islam radikal yang berbaiat ke ISIS. Jangan sampai salah sasaran dan donasi kita jatuh ke mereka seperti kasus di Suriah misalnya. Kan konyol kalau korban yang sebenarnya masih susah eh sumbangan kita malah dinikmati para teroris ini.

Mungkin juga nantinya bersama DK PBB bisa jadi Indonesia akan mengirimkan pasukan perdamaian. Tapi itu sepertinya masih panjang jalannya. Bagaimanapun ini sebetulnya adalah ranah rumah tangga negara lain. Kita sebaiknya jangan menjadi kompor atau menggunakan masalah ini untuk malah membakar rumah kita sendiri. Ya samalah kalian juga sebal kan saat asing berkomentar soal berbagai kejahatan dan isu kemanusiaan yang terjadi di negara ini dari jaman Orde Baru sampai yang terjadi di Pilkada DKI Jakarta misalnya.

Masalah di Myanmar ini rumit karena ada kepentingan ekonomi, militer, dan terorisme yang bermain di situ. Samalah dengan rumitnya masalah kebhinnekaan dan kerukunan antar golongan di sini karena seringkali ada kepentingan politik tertentu yang menunggangi isu-isu tersebut.

Dan alih-alih sibuk ngurusi masalah rumah tangga negara sebelah, ada baiknya merenungi dan menjadikan ini pelajaran sekaligus introspeksi terutama bagi kaum mayoritas terhadap minoritas. Jangan-jangan kita sendiri adalah penjahat kemanusiaan dan saudara-saudara kita adalah Rohingya dalam bentuk lain di tanah air ini./ swd
Nama

artikel,57,astronomi,4,Berita,190,budaya,6,ekonomi,3,fashion,3,gosip,4,hukum,8,inspiratif,7,Internasional,13,islam,21,kesehatan,5,militer,4,nasional,10,olahraga,1,opini,10,Politik,35,populer,6,sejarah,7,selebriti,3,seni,3,spiritual,6,Tausiah,5,tekno,2,tips,3,Unik,6,wanita,1,
ltr
item
Lensa News: Indonesia Tak Perlu Memberi Status WNI Kepada Rohingya?
Indonesia Tak Perlu Memberi Status WNI Kepada Rohingya?
https://seword.com/wp-content/uploads/2017/09/Capt241122ure.png
Lensa News
http://lensa-nws.blogspot.com/2017/09/indonesia-tak-perlu-memberi-status-wni.html
http://lensa-nws.blogspot.com/
http://lensa-nws.blogspot.com/
http://lensa-nws.blogspot.com/2017/09/indonesia-tak-perlu-memberi-status-wni.html
true
7788556715240787709
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts LIHAT SEMUA Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy