MENGIRING KEBESARAN YANG MEMINTA PULANG KE TANAH ASALNYA … Kerajaan WILWATIKTA yang lebih dikenal sebagai MAJAPAHIT, adalah pondasi sejarah,...
MENGIRING KEBESARAN YANG MEMINTA PULANG KE TANAH ASALNYA …
Kerajaan WILWATIKTA yang lebih dikenal sebagai MAJAPAHIT, adalah pondasi sejarah, identitas bangsa sekaligus roh kebangsaan bagi negara Indonesia modern saat ini.
Kerajaan WILWATIKTA berdiri pada tahun 1293 dan runtuh pada tahun 1527, atau berdiri selama 234 tahun. Ibukota pertamanya terletak di Tarik, kemudian dipindahkan ke Astawulan untuk alasan keamanan dan mendekati area suci leluhur dinasti Rajasa yaitu dinasti Isyana.
Selama beribukota di Astawulan atau yang sekarang bernama Trowulan telah melahirkan 12 orang raja (3 diantaranya adalah wanita).
Ibukota di Trowulan runtuh pada tahun 1478 dan dipindahkan ke Dhaha pada tahun yang sama dan bertahan hingga tahun 1527.
Di istana Dhaha melahirkan 2 orang raja, sehingga bila ditinjau selama MAJAPAHIT berdiri telah lahir 14 orang raja.
Memilukannya, saat ini di Jawa Timur baik itu Trowulan ataupun Dhaha tidak menyimpan satupun artefak arca dari raja Majapahit.
Karena pada masa kolonial, arca pendharmaan para raja tersebut telah berpindah tempat baik didalam maupun diluar negeri untuk alasan ilmu pengetahuan, menjadi koleksi museum.
Keprihatinan itu tidak akan bisa melumpuhkan kami anak keturunannya, untuk melacak kembali keberadaan arca pendharmaan leluhur kami.
Karena adanya hubungan batin dan getaran kuat atasnya.
Pada suatu karya tulisan klasik peninggalan era keruntuhan Majapahit, disebutkan bahwa “Majapahit akan bangkit kembali lebih besar dari sebelumnya, 500 tahun setelah era kehancurannya”.
Bila kita hitung mundur itu berarti 1527 + 500 = 2027 atau 12 tahun lagi dari saat ini.
Bagi saya pribadi, jelas yang bangkit itu bukan platform kerajaannya.
Sebab saat ini kita sudah memiliki platform negara modern bernama Indonesia, dan kita sepakat akan menjaganya sampai kapanpun.
Menurut saya yang akan bangkit adalah semangat kebangsaan Nusantara nya, setelah selama ini persepsi dan filosofi kita terdoktrin oleh peradaban asing. Kita akan kembali kepada jatidiri bangsa Nusantara yang nantinya mampu membawa kita pada kejayaan lebih besar dibanding Majapahit dimasa lalu.
Persiapan demi persiapan telah dilakukan oleh yang terpilih guna meletakkan landasan kebangkitan itu.
Pada akhir tahun 2011 yang lalu, kami telah berhasil menjejaki kembali “Pataka Nagari Wilwatikta” sebanyak 10 buah yang sudah tersebar di beberapa museum maupun kolektor pribadi.
Dimana kekuatan spiritual yang melekat pada tanda kebesaran kerajaan tersebut berhasil dibawa pulang ke lokasi pingitan sementaranya.
Kini tahap berikutnya sedang dijalankan, “Memulangkan kembali spiritual arca pendharmaan dari para raja Majapahit” guna melengkapi takdirnya.
Dahulu Presiden RI pertama dan kedua yang begitu paham alur sejarah Nusantara telah menjalin ikatan emosi spiritual kebangsaan dengan pendahulunya menggunakan media arca ini.
Beberapa arca raja Majapahit itu terletak di Museum Nasional Indonesia yang bersebrangan jalan saja dengan istana Presiden Republik Indonesia. Bagi yang paham, arca-arca itu pula yang memberi sugesti kebangsaan dan payung spiritual bagi pemimpin negeri ini.
Akan tetapi pada Presiden RI ke 3 dan seterusnya, budaya Nusantara kuno itu memudar dikalahkan oleh akal pikiran mengalahkan kearifannya hati.
Sejak saat itu arca-arca ini hanya berfungsi sebagai penghias semata tanpa arti lagi. Karena itu bersifat pribadi, dan hak bagi para beliau atas keputusannya.
Pada saat yang lalu, tiba-tiba saja saya mendapat firasat bahwa kekuatan spiritual yang melekat atas arca itu menginginkan kembali ke jantung Wilwatikta. Saya memahaminya sebagai bagian dari skenario besar era kebangkitan yang diramalkan itu.
Kami tidak perlu memboyong pulang hal yang bersifat bendawinya, tetapi cukup getaran spiritual pembuka gerbang masa lalu untuk terhubung ke masa kininya saja.
Beberapa hari lalu semuanya dilakukan dalam hening tanpa kata, kekuatan spiritual : 3 orang raja; 1 orang permaisuri; 1 orang rani dan 1 orang pahlawan Wilwatikta telah beriringan pulang keasal candi pendharmaannya.
Sempat hati kecil saya bertanya, apakah hal itu akan berpengaruh pada tatanan sistem dunia nyata yang selama ini dipayunginya ?.
Tapi segera saya tepis bahwa ini semua adalah bagian dari skenario besar yang sudah ditulis jauh-jauh hari, dimana kita tidak bisa mempercepat ataupun melambatkan prosesnya.
Kita semuanya tentunya berharap, akan adanya peristiwa besar kearah yang lebih baik pada negeri ini mengiringi kejadian ini.
Bagi yang tidak paham, tidak usah dipaksakan paham. Anggap saja ini cerita fiksi ilmiah penghantar nina bobok bagi anda.
Jaya -Jaya -Wijayanti
Kerajaan WILWATIKTA yang lebih dikenal sebagai MAJAPAHIT, adalah pondasi sejarah, identitas bangsa sekaligus roh kebangsaan bagi negara Indonesia modern saat ini.
Kerajaan WILWATIKTA berdiri pada tahun 1293 dan runtuh pada tahun 1527, atau berdiri selama 234 tahun. Ibukota pertamanya terletak di Tarik, kemudian dipindahkan ke Astawulan untuk alasan keamanan dan mendekati area suci leluhur dinasti Rajasa yaitu dinasti Isyana.
Selama beribukota di Astawulan atau yang sekarang bernama Trowulan telah melahirkan 12 orang raja (3 diantaranya adalah wanita).
Ibukota di Trowulan runtuh pada tahun 1478 dan dipindahkan ke Dhaha pada tahun yang sama dan bertahan hingga tahun 1527.
Di istana Dhaha melahirkan 2 orang raja, sehingga bila ditinjau selama MAJAPAHIT berdiri telah lahir 14 orang raja.
Memilukannya, saat ini di Jawa Timur baik itu Trowulan ataupun Dhaha tidak menyimpan satupun artefak arca dari raja Majapahit.
Karena pada masa kolonial, arca pendharmaan para raja tersebut telah berpindah tempat baik didalam maupun diluar negeri untuk alasan ilmu pengetahuan, menjadi koleksi museum.
Keprihatinan itu tidak akan bisa melumpuhkan kami anak keturunannya, untuk melacak kembali keberadaan arca pendharmaan leluhur kami.
Karena adanya hubungan batin dan getaran kuat atasnya.
Pada suatu karya tulisan klasik peninggalan era keruntuhan Majapahit, disebutkan bahwa “Majapahit akan bangkit kembali lebih besar dari sebelumnya, 500 tahun setelah era kehancurannya”.
Bila kita hitung mundur itu berarti 1527 + 500 = 2027 atau 12 tahun lagi dari saat ini.
Bagi saya pribadi, jelas yang bangkit itu bukan platform kerajaannya.
Sebab saat ini kita sudah memiliki platform negara modern bernama Indonesia, dan kita sepakat akan menjaganya sampai kapanpun.
Menurut saya yang akan bangkit adalah semangat kebangsaan Nusantara nya, setelah selama ini persepsi dan filosofi kita terdoktrin oleh peradaban asing. Kita akan kembali kepada jatidiri bangsa Nusantara yang nantinya mampu membawa kita pada kejayaan lebih besar dibanding Majapahit dimasa lalu.
Persiapan demi persiapan telah dilakukan oleh yang terpilih guna meletakkan landasan kebangkitan itu.
Pada akhir tahun 2011 yang lalu, kami telah berhasil menjejaki kembali “Pataka Nagari Wilwatikta” sebanyak 10 buah yang sudah tersebar di beberapa museum maupun kolektor pribadi.
Dimana kekuatan spiritual yang melekat pada tanda kebesaran kerajaan tersebut berhasil dibawa pulang ke lokasi pingitan sementaranya.
Kini tahap berikutnya sedang dijalankan, “Memulangkan kembali spiritual arca pendharmaan dari para raja Majapahit” guna melengkapi takdirnya.
Dahulu Presiden RI pertama dan kedua yang begitu paham alur sejarah Nusantara telah menjalin ikatan emosi spiritual kebangsaan dengan pendahulunya menggunakan media arca ini.
Beberapa arca raja Majapahit itu terletak di Museum Nasional Indonesia yang bersebrangan jalan saja dengan istana Presiden Republik Indonesia. Bagi yang paham, arca-arca itu pula yang memberi sugesti kebangsaan dan payung spiritual bagi pemimpin negeri ini.
Akan tetapi pada Presiden RI ke 3 dan seterusnya, budaya Nusantara kuno itu memudar dikalahkan oleh akal pikiran mengalahkan kearifannya hati.
Sejak saat itu arca-arca ini hanya berfungsi sebagai penghias semata tanpa arti lagi. Karena itu bersifat pribadi, dan hak bagi para beliau atas keputusannya.
Pada saat yang lalu, tiba-tiba saja saya mendapat firasat bahwa kekuatan spiritual yang melekat atas arca itu menginginkan kembali ke jantung Wilwatikta. Saya memahaminya sebagai bagian dari skenario besar era kebangkitan yang diramalkan itu.
Kami tidak perlu memboyong pulang hal yang bersifat bendawinya, tetapi cukup getaran spiritual pembuka gerbang masa lalu untuk terhubung ke masa kininya saja.
Beberapa hari lalu semuanya dilakukan dalam hening tanpa kata, kekuatan spiritual : 3 orang raja; 1 orang permaisuri; 1 orang rani dan 1 orang pahlawan Wilwatikta telah beriringan pulang keasal candi pendharmaannya.
Sempat hati kecil saya bertanya, apakah hal itu akan berpengaruh pada tatanan sistem dunia nyata yang selama ini dipayunginya ?.
Tapi segera saya tepis bahwa ini semua adalah bagian dari skenario besar yang sudah ditulis jauh-jauh hari, dimana kita tidak bisa mempercepat ataupun melambatkan prosesnya.
Kita semuanya tentunya berharap, akan adanya peristiwa besar kearah yang lebih baik pada negeri ini mengiringi kejadian ini.
Bagi yang tidak paham, tidak usah dipaksakan paham. Anggap saja ini cerita fiksi ilmiah penghantar nina bobok bagi anda.
Jaya -Jaya -Wijayanti
