Kemarin sempat ada pemberitaan hari Selasa 17 Oktober 2017, dimana era Anies-Sandi, warga DKI tidak bisa lagi mengadu langsung ke gubernur. ...
Kemarin sempat ada pemberitaan hari Selasa 17 Oktober 2017, dimana era Anies-Sandi, warga DKI tidak bisa lagi mengadu langsung ke gubernur. Warga masih dapat menyampaikan keluhan mengenai pelayanan publik ke Balai Kota DKI, namun tidak dapat menemui gubernur dan wakil gubernur secara langsung, melainkan ditangani langsung oleh pegawai Pemprov.
Setelah viral dan dikritik oleh warga, New Gaberner lagi-lagi memanipulasi kata kebijakan yang ia ambil, merubahnya dengan kalimat baru, seolah-olah memperjelas maksud 'baik' yang sebenarnya disalah artikan oleh masyarakat yaitu dengan kalimat baru berikut "Anies persilahkan warga mengadu seperti era Ahok."
Ternyata tidak berselang lama, New Gaberner ini kembali lagi melempar bola pimpong ke komitmen kebijakannya yang pertama, lagi-lagi dicitrakan kalau niatnya kali ini lebih baik, dan semua itu benar-benar buat rakyat.
Lucu sekali!
Sekarang Anies minta warga tidak mengadu di Balai Kota. Anies mengaku kasihan terhadap warga yang bepergian jauh untuk mengadu di Balai Kota. Anies menyebut sistem pelaporan tersebut tidak efektif.
Mempertegas maksud Anies yang konon ceritanya cara yang dia anut ini lebih baik, Anies mempertegas cerita kalau Anies menyebut tetap akan mempertahankan tradisi aduan warga di Balai Kota. Namun ia ingin kelurahan bekerja lebih maksimal untuk melayami warga
Terlihat disini sebenarnya Anies yang ingin mengoptimalkan fungsi kelurahan sebagai tempat aduan masyarakat seperti terlihat jenuh dengan aktifitas pengaduan yang dilakukan oleh masyarakat. Padahal lagi-lagi jumlah yang mengadu ke Anies sebenarnya tidak banyak, tapi Anies masih saja tetap 'ingin mengoptimalkan kelurahan'
Padahal Pak Ahok menyuruh warga langsung datang ke balai kota untuk mengetahui kendala yang terjadi di lapangan. Menilai lurah atau dinas yang tidak bekerja degan benar.
Bagaimana dengan masyarakat yang mau ngaduin kinerja level kelurahan dan kecamatan kalau disuruh ngadu kelurah? Kelar sekali masalahnya. Kiasan sedikit saja, masalah warga yang beragam ini, ingin dicarikan solusinya oleh Anies.
Pertanyaan yang tepat adalah butuh waktu berapa lama untuk proses realisasinya? Apakah gagasan baru ini akan segera terwujud? Atau hanya akan terus sebatas teori, dan terus mengerogoti anggaran dengan kegiatan proyek yang tidak berguna, walau sambil dialihkan fungsi, masyarakat pelan-pelan digiring untuk tidak lagi datang ke Gubernur, cukup datang ke Gubernur kalau tidak ada masalah, atau mungkin hanya mau sebatas selfie saja, apakah demikian?
Atau ini ada hubungannya dengan sindiran Anies beberapa waktu yang lalu? Soal Anies Sindir Pemerintah yang Gunakan Slogan "Kami Pelayan Warga"
Anies yang tidak bangga dianggap sebagai pelayan warga, Anies yang tidak mau disamakan dengan Gubernur sebelumnya yang memakai slogan itu, memberikan sebuah gambaran yang baru yaitu
Anies menyatakan komitmennya untuk menjalankan pendekatan gerakan jika nanti resmi memimpin Jakarta. Anies menyatakan dengan pendekatan gerakan, proses pembangunan tidak bergantung terhadap 1-2 orang karena warga yang langsung terlibat.
Diperjelas oleh kalimatnya berikut:
"Republik ini tidak pernah didirikan oleh para pelayan. Republik ini dibangun oleh para penggerak. Orang yang datang menggerakkan warganya untuk membereskan masalah. Itu spirit gerakan," kata Anies.
Sekarang setelah resmi menjabat, saya mengerti akhirnya apa maksud yang penggerak disini, penggerak masyarakat yang seharusnya mengadu permasalahan lapangan ke Gubernur, malah digerakkan ke Lurah, agar yang mengadu ke Gubernur boleh saja, selagi anda beruntung tapinya, kalau tidak beruntung maksudnya (Anies sedang tidak berada dikantor) ya kalian sebagai warga tidak bisa mengadu.
Ibarat call center yang sedang sibuk, kini giliran Anies yang sibuk, "Anies yang anda tuju sedang sibuk atau berada diluar area jangkauan, mohon tunggu beberapa saat lagi atau cobalah beberapa waktu lagi, "
Jakarta bukan butuh pelayan, tapi Jakarta butuh penggerak, penggerak yang dapat masalah baru seminggu sudah merubah fungsi tugas sebelumnya menjadi lebih ringan dengan tidak adanya aduan, belum lagi dengan penyelesaian lucu lainnya seperti bantuan langit, mengeruk sungai tak pakai alat berat, tanah abang yang macet solusinya tanya ke anak buah, terakhir soal reklamasi ngomongnya tidak ada pertemuan, eh nyatanya menggelar pertemuan di rumah Prabowo.
Yasudahlah Jakarta milik mereka, mereka yang punya, mereka yang atur, ini pilihan 57% warga, kita harus apresiasi, seperti apa yang sudah saya bilang sebelum-sebelumnya, Kebenaran pasti akan menemukan jalannya sendiri. Biarkan waktu yang menjawab semua kinerja mereka terwujud kah semua, atau hanya sebatas teori.seword.com