Revolusi putih yang direncanakan untuk dianggarkan oleh pemprov DKI era kepemimpinan Anies, merupakan sebuah revolusi yang tidak sama dengan...
Revolusi putih yang direncanakan untuk dianggarkan oleh pemprov DKI era kepemimpinan Anies, merupakan sebuah revolusi yang tidak sama dengan apa yang pernah disuarakan oleh Rizieq Shihab. Revolusi putih versi Rizieq adalah berkaitan dan berkenaan dengan demonstrasi. Orang-orang didatangkan untuk melakukan revolusi dengan cara demonstrasi di tengah jalan. Orang-orang dikuras sedemikian rupa sehingga mereka memiliki satu semangat, yakni semangat untuk mendompleng pemerintahan.
Bodoh saja jika mereka membantah program pendomplengan pemerintahan yang sah. Sudah berkali-kali demo dengan nomor cantik dilakukan, tujuan awal adalah mengatasnamakan umat Islam, yang tersinggung dengan ucapan Ahok. Namun hal ini benar-benar saru, dikarenakan Ahok sudah minta maaf dan di hadapan publik mengklarifikasi bahwa tidak ada sedikitpun niat untuk menghina umat Islam.
Setelah dipenjara, para laskar pun sepertinya tidak puas, karena memang sedikitpun ruang puas tidak diberikan oleh pemerintahan. Jokowi diam saja, tidak ada sedikitpun respons mengenai dipenjarakannya Ahok. Sempat terpikir oleh saya, bahwa Jokowi terkesan mencari aman. Namun pada akhirnya saya melihat, bagaimanapun juga, Jokowi sudah menjalankan tugasnya secara legal, tanpa harus banyak berkomentar.
Bahkan saya sempat berpikir, Jokowi terkesan sangat pasif dan tidak ada sedikitpun nyali untuk membela yang benar. Namun demi sebuah stabilitas nasional, apakah ia harus berbuat sesuatu pada saat itu secara langsung? Itu bukan gaya Joko Widodo, karena sejatinya ia adalah seorang pecatur yang sangat tenang.
Ia tahu kapan harus bergerak, ia pun tahu kapan harus diam, bahkan di dalam diamnya dia, dia memerhatikan gerakan-gerakan politik manusia-manusia yang disebut dengan pasukan nasi bungkus, dengan nasi berwarna putih, jubah putih, terkadang nyaru sama daster. Inilah fakta yang kita lihat selama ini, mengenai revolusi putih ala Rizieq, manusia yang dianggap memiliki keberanian yang luar biasa oleh Prabowo.
Sama dengan Rizieq, Prabowo pun menyuarakan revolusi putih, namun secara esensi berbeda. Mari kita lihat perbedaannya. Jikalau Rizieq mendatangkan manusia-manusia untuk demonstrasi, Prabowo berbeda. Prabowo mendatangkan sapi-sapi untuk melakukan revolusi putih, bukan cara melenguh mooo… mooo.. Namun mereka didatangkan susunya. Sapi-sapi “dikuras sedemikian rupa” sehingga mereka menghasilkan susu untuk satu semangat, yakni semangat para siswa-siswi di dalam mendapatkan jaminan kesehatan melalui susu, ketan, dan lain sebagainya.
Ikan itu banyak, bahkan saking banyaknya, mereka dipelihara untuk ditonton pula. Lah sekarang sapi di Indonesia itu sedikit, yang pelihara sapi pun pasti pakai sapi untuk diperah atau dipotong dagingnya. Artinya kalian sudah tahu, bahwa lebih baik konsumsi ikan ketimbang sapi karena lebih murah juga bergizi. Betul kan?
Saya cukup yakin bahwa siswa-siswi tentunya senang menerima sarapan pagi tersebut, maka jangan heran, jika suatu saat, anak-anak SD-SMA akan berdemo meminta jatah susu kepada pemerintah, dan pada akhirnya, Anies yang sebagai gubernurnya, akan memenuhi, atas nama “permintaan kebutuhan” para pelajar di sekolah-sekolah negeri dan swasta yang tak mampu. Nah. Lagi-lagi teknik nyaru diprediksi berhasil. Opini suatu saat akan digiring sedemikian rupa agar publik melihat bahwa “pelajar butuh makan”, ketimbang ada kepentingan politik dan penggunaan APBD yang berlebihan di balik itu.
Teknik-teknik semacam ini sungguh merupakan strategi klasik yang mudah sekali dilakukan. Hashim yang merupakan representasi mutlak dari Prabowo, lempar isu yang tepat mengenai kaum grass root, maka pasti kaum grass root akan berjuang demi mereka. Inilah yang menjadi strategi yang saya baca.
Strategi semacam ini sengaja saya bongkar di artikel ini, diharapkan kita semua sadar dan bisa membagikan ini ke rekan-rekan kita melalui sosial media yang para pembaca Seword miliki. Saya cukup yakin bahwa tidak banyak orang yang bisa melihat hal ini, apalagi mereka-mereka yang ada di golongan menengah ke bawah. Mereka yang berada di bawah garis kemiskinan, mudah sekali digoda dengan hal ini. Maka diharapkan tulisan ini bisa membawa dampak kepada mereka, agar mereka tidak menjadi orang-orang yang senantiasa dibodoh-bodohi oleh susu, ketan, dan makanan pagi.
Saya percaya, orang-orang yang hidup di bawah garis kemiskinan, sudah diperhatikan oleh Pak De Jokowi dengan KIP, sepeda, bingkisan, dan lain-lain. Harus kita akui Pak De di dalam 3 tahun pertama, belum terlalu maksimal menekan angka kemiskinan. Namun percayalah, data menunjukkan penurunan angka kemiskinan secara nasional, meskipun secara lambat.
Usaha-usaha pengembangan desa mandiri pun dilakukan. Sebenarnya penurunan tingkat kemiskinan ini sudah dirasakan, sejak dilegalkannya moda transportasi online. Kembali ke revolusi putih ala Prabowo, sebenarnya ini tidak lebih dari legalisasi dari penggunaan APBD. Apakah tidak ada cara yang lebih terhormat untuk menggunakan APBD?
Jangan buat ketimpangan antara Pemprov DKI dengan pemerintah negara. Sederhananya, mengapa Pemprov tidak membeli ikan, padahal Menteri Susi sudah susah payah menenggelamkan kapal untuk menghentikan illegal fishing? Mengapa harus pakai susu yang biasanya kita impor? Apakah karena ada Fadli Zon yang pernah atau sedang menjabat sebagai Komisaris PT Susu Nusantara? Jadi, sudahkah anda minum susu hari ini? Eh.. Maksud saya sudah terlihat jelas keberpihakannya, belum?/seword
