Permintaan Basuki Tjahaja Purnama agar umat Islam tidak berpegang pada ayat suci Quran menjelang pilgub 2017 menjadi bumerang. Pasaln...
Pasalnya, pernyataan ini justru menjadi sebuah bukti bahwa Ahok pemimpin yang sengaja menggunakan isu agama untuk menggiring opini publik.
“Ayo berlomba program, bukan SARA,” ungkap Ahok dalam jumpa pers di Kantor DPP Nasdem Cikini, Jakarta, Rabu (21/9).
“Lawan ide kami, jangan pakai (Quran Surah) Al Maidah (ayat) 51,” sambungnya.
Ayat Al Quran yang disebut Ahok tersebut mengingatkan kaum muslim untuk tidak memilih orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin. Makna dalam Al qur'an ini sudah menjadi tuntunan agama bagi seorang muslim.
hanya orang -orang islam yang silau dengan urusan duniawi bagi diri sendiri saja yang tidak mau mengindah kan ayat-ayat al-quran.
Lebih lanjut Ahok berharap pencalonannya bisa membuktikan bahwa bangsa Indonesia, khususnya warga DKI, sudah tidak lagi mempersalahkan SARA. Apalagi Indonesia sudah 71 tahun merdeka.
Menanggapi hal ini, Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Adi Prayitno menilai wajar ada kegelisahan yang luar biasa tengah dihadapi Ahok. Hal itu terlihat dengan jelas adanya pergerakan perlawanan yang begitu masif di media sosial soal pemimpin kafir.
Pada bagian lain Adi menilai ada kekuatan dahsyat yang melampaui Megawati saat partai moncong putih itu mengusung AHok.
"Karena sejauh ini, Megawati dinilai sangat sulit untuk dilampaui oleh kekuatan apapun. Apalagi, dalam banyak kasus Ahok dianggap telah melukai perasaan kader PDIP dengan sejumlah perkataan yang kontroversial seperti mahar politik yang pernah diungkap Ahok," paparnya.
Kekuatan yang melampaui Megawati itu, imbuh Adi, bisa berupa kekuasaan maupun kekuatan modal. Namun demikian, saat ini masyarakat sudah sangat pintar menilai bahwa tak mungkin ada makan siang gratis dengan dukungan PDIP tersebut.
"Apalagi, sudah lama terdengar bahwa Ahok merupakan 'titipan' istana untuk Jakarta," ujarnya.
Hal lainnya yang juga ramai dibicarakan adanya soal adanya mahar politik yang diminta PDIP. "Namun semua itu hanya PDIP, Ahok dan Tuhan saja yang tahu persisnya seperti apa. Yang jelas, publik kian rasional," kata Adi lagi. *(R)
sumber:sinarrakyat.com