Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku, dirinya ingin tetap memimpin Kota Surabaya. Meski hasil survei mengatakan bahwa Risma lebih ungg...
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku, dirinya ingin tetap memimpin Kota Surabaya. Meski hasil survei mengatakan bahwa Risma lebih unggul dari Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Risma tetap kekeh ingin melanjutkan memimpin Surabaya yang dianggapnya masih punya banyak pekerjaan rumah (PR).
Kemarin, saat ditanya oleh awak media Risma tetap tidak ingin berambisi untuk meminta jabatan. Dan ia lebih memilih berserah kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk diberikan segala kemudahan saat bertugas. Risma mengatakan bahwa ia akan perangi hawa nafsunya untuk kepingin jadi pemimpin.
"Kalau misalnya aku punya ambisi dan aku ngomong mampu menjadi pemimpin daerah ini, terus tiba-tiba Gusti Allah memberikan cobaan. Yang sombong itu aku, yang takabur itu aku dan yang kena cobaan itu warga ku, itu kan tidak adil untuk mereka," kata Risma.
Selain memerangi hawa nafsu, Risma juga tidak pernah sesekali meminta warga Kota Pahlawan untuk memilihnya sebagai seorang pemimpin Wali Kota Surabaya. Risma menilai, kalau hal itu merupakan sebuah larangan untuknya.
"Aku tidak ada keinginan, berpikir atau kepingin untuk menjadi seorang pemimpin, itu tidak boleh. Tetapi Allah berkehendak lain, dan tidak ada satu pun manusia yang bisa menolak takdir tuhan," terangnya.
Hari ini DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) menggelar rapat kerja daerah khusus (Rakerdasus). Ketua DPP PDI-P bidang Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan Djarot Saiful Hidayat mengatakan, rapat khusus itu digelar terkait dengan Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Besok (hari ini) tanggal 20 September, DPP PDI-P akan melaksanakan rapat khusus untuk menentukan beberapa daerah yang mendesak, yang menjadi kawasan skala prioritas. Salah satunya di DKI Jakarta," kata Djarot.
Nantinya, dalam rapat khusus ini akan diputuskan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan diusung partai berlambang banteng moncong putih tersebut. Selain itu, dalam rapat tersebut akan dirancang mekanisme pendaftaran pasangan calon gubernur dan wakil gubernur ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta.
"Di sini akan diputuskan tentang pasangan calon. Apakah tetap (mengusung) Ahok (Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama) dengan Djarot atau yang lainnya," kata Djarot.
PDI-P telah memutuskan akan serentak mendaftarkan pasangan calon kepala daerah tingkat kabupaten kota pada 21 September 2016, sedangkan untuk pendaftaran pasangan calon kepala daerah tingkat provinsi masih harus dibahas.
Relawan pendukung Tri Rismaharin datang ke Surabaya. Relawam mengungkap, nama Risma sudah didiskusikan sejak April lalu. Nama Risma juga sempat diusulkan secara resmi kepada PDI-P sebagai cagub DKI di Pilgub 2017. Berbagai elemen warga Jakarta, bergabung di Kharisma Jakarta. Dari kalangan suku Betawi, NU se DKI Jakarta, rakyat pinggiran, hingga pengurus kampung di tingkat RT dan RW.
"Kami siap bergerak kapan pun jika Bu Risma bersedia menjadi Cagub DKI.Kami akan menangkan Risma seperti kami menangkan Jokowi jadi gubernur DKI dulu," kata Sekretaris Kharisma Jakarta, Saiful Amien, usai menemui Risma.
Sementara itu, dari rilis Survei Stratak Indonesia menunjukkan tingkat elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama masih tertinggi dibandingkan calon lainnya. Direktur Riset Stratak Indonesia Muhammad Romdhoni menjelaskan, simulasi 5 nama kandidat, elektabilitas calon petahana menunjukkan angka 43,2%, turun sebesar 5% dari survey sebelumnya 48.2%.
Namun angka ini masih tertinggi dibandingkan 4 nama lainnya. " Hal itu merujuk pada hasil survei Stratak Indonesia yang digelar 2-10 September 2016," kata Romdhoni.
Dalam survei ini, Stratak Indonesia membuat simulasi pasangan calon kepala daerah yang akan maju pada Pilkada DKI.Pasangan petahana Ahok-Djarot ketika diuji dengan pasangan Rizal Ramli-Sandiaga, jarak elektabilitas antar pasangan ini sangat jauh yaitu 52,6% berbanding 28,2%.
Sementara itu, Ahok-Djarot jarak elektabilitasnya lebih jauh lagi dibandingkan dengan pasangan Sandiaga-Mardani Ali Sera dengan persentase 55,4% berbanding 26,9%.
Pasangan Ahok-Djarot masih memimpin ketika diadu dengan pasangan Risma-Yoyok dengan persentase 51,4% berbanding 30,2%.
Akan tetapi pasangan Ahok-Jarot elektabilitasnya berada dalam posisi danger karena terjangkau margin error dengan Yusril-Saefullah, ketika dua pasang ini diuji. Persentase perbandingan menunjukkan angka 39,8% berbanding 35,4%.
"Secara keseluruhan bisa disimpulkan, mulai top of mind hingga simulasi pasangan, Ahok selalu memimpin dari hasil survey kami," ujarnya.
Survei Stratak Indonesia menggunakan metode multistage random sampling terhadap 420 responden. Margin of error sebesar 4,78 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen
Peneliti Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro menyebut sulit untuk membaca apakah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan mengusung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok."Sekarang dia sedang memenangkan pemilu, dan logika saya mengatakan tidak mungkin partai pemenang tapi dia mendukung kader lain," ujar Siti.
(tribunnews/dennis/nurmulia rekso/surya/kompas.com)