Jakarta -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyarankan warga pinggiran sungai di Jakarta dipindahkan menjauhi bantaran bila Pemprov D...
Jakarta -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyarankan warga pinggiran sungai di Jakarta dipindahkan menjauhi bantaran bila Pemprov DKI berniat melakukan normalisasi.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, normalisasi tanpa memindahkan warga akan berakhir sia-sia.
"Normalisasi sungai tanpa pemindahan warga tidak mungkin. Normalisasi itu sungai harus dikeruk dan dilebarkan, kalau ditanggul terus pasti akan jebol," kata Sutopo saat jumpa media di Jakarta Timur, Kamis (21/12).
Sutopo mencontohkan kondisi Kali Pulo, Jati Padang, Jakarta Selatan, yang baru jebol beberapa waktu lalu. Ia mengetahui tanggul tersebut sudah jebol sebanyak lima kali. Tanggul yang jebol berkali-kali menjadi salah satu bukti bahwa kali tersebut harus dilebarkan.
Dulu, kata Sutopo, Kali Pulo memiliki lebar 30 meter. Semakin lama, lebar sungai semakin berkurang karena warga membangun rumah. Kurang lebih saat ini lebar kali tersebut hanya satu sampai tiga meter.
"Hampir 90 persen hujan yang jatuh pasti jadi aliran permukaan, kemampuan drainase Kali Pulo tidak bisa mengalirkan. Pasti air akan luber, menghantam tanggul kemudian jebol karena tidak kuat," kata Sutopo.
Normalisasi sungai dengan pelebaran arus bisa dilanjutkan naturalisasi dengan menanam tumbuhan di bantaran sungai. Naturalisasi tidak disarankan, kata Sutopo, bila normalisasi hanya dengan membuat tanggul.
"Makanya warga itu harus dipindahkan, dengan cara ganti untung seperti membangun jalan tol," kata Sutopo.
Warga RW 06 Kelurahan Jati Padang, Jakarta Selatan, menyetujui rencana normalisasi sungai Kali Pulo yang digagas Pemprov DKI Jakarta. Namun mereka mengaku keberatan andai harus direlokasi dari tempat tinggal mereka saat ini.
Ketua RW 06 Jati Padang Arief Syamsuddin mengatakan, warga sudah melakukan pembicaraan soal hal tersebut. Dalam pembicaraan tersebut, kata Arief, warga berharap normalisasi hanya sampai lima meter. Tidak 20 meter seperti yang ada dalam regulasi normalisasi sungai.
"Kalau menurut aturan yang ada, normalisasi memang harus 20 meter. Cuma warga minta 5 meter saja. Jadi misalnya sekarang sungai [sekarang lebarnya] ada 3 meter, tinggal ditambah di kiri dan kanan [sepanjang masing-masing] satu meter," ungkapnya kepada CNNIndonesia.com saat dihubungi Selasa malam (19/12).
Cerita Warga Hadapi Maut saat Tanggul Jebol di Jati Padang
Suasana permukiman setelah tanggul Jati Padang jebol, Rabu (20/12). (CNN Indonesia/Dhio Faiz)Jakarta, CNN Indonesia -- Gito (45) berjuang mempertahankan nyawanya saat air limpahan Kali Pulo menerjang permukiman warga akibat tanggul jebol di RT03/06 Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (20/12).
"Saya kira saya bakal meninggal. Airnya kuat banget, saya sampai sesak," kata Gito saat ditemui di lokasi tanggul jebol.
Tanggul Kali Pulo di Jati Padang kembali jebol pasca hujan deras mengguyur Jakarta sepanjang siang. Jebolnya tanggul itu berlangsung cepat tanpa disadari Gito sekitar pukul 14.30.
Saat kejadian, Gito tengah berkeliling mengingatkan warga yang bermukim sekitar tanggul untuk waspada. Pasalnya, akibat hujan deras yang mengguyur sejak Selasa (19/12) malam, arus sungai Kali Pulo sangat deras dan hampir melewati tanggul.
Gito sempat mampir di kediaman Maman, yang berada satu meter di depan tanggul. Ia mengingatkan anak Maman, Yanti, untuk merapikan rumah dan bersiap-siap jika tanggul jebol sewaktu-waktu.
"Lalu tiba-tiba terdengar suara gemuruh air. Suaranya kencang," kata Gito.
Gito latas melihat tanggul di depan rumah Maman yang mulai retak. Syahdan, Yanti memegangi retakan agar tidak jebol. Gito secara spontan menggantikan Yanti untuk menahan tanggul.
Akan tetapi kuatnya arus Kali Pulo tak bisa dibendung oleh Gito seorang diri.
Gito dan Yanti pun terlempar ke dalam rumah Maman. Mereka berusaha melawan arus tapi arus membuat mereka pontang-panting.
"Saya kunang-kunang, nyesek banget. Terus saya dengar bu Yanti teriak-teriak kejepit kulkas," ujarnya.
Tanpa pikir panjang, Gito berusaha menyelamatkan Yanti. Yanti sudah dalam kondisi tak sadarkan diri saat Gito membopongnya keluar melawan arus deras.
Di luar sudah banyak warga yang berkumpul, tetapi tidak bisa menolong ke dalam rumah karena luapan air yang semakin meninggi. Ketika tanggul jebol, ketinggian air di rumah Maman mencapai dada orang dewasa.
Yanti pun dibawa ke Puskesmas terdekat untuk penanganan medis. Saat ini Yanti, Gito, dan satu korban lainnya, Martin, sudah berada dalam pengawasan Ketua RT 14 RW 06 Mardana.
Warga berkumpul di lokasi tanggul jebol Jati Padang. (CNN Indonesia/Dhio Faiz)
Bangun tanggul sementara
Warga RW 06 Jati Padang kini membangun tanggul sementara untuk menopang aliran Kali Pulo. Warga dibantu satuan petugas yang terdiri dari petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU), Sumber Daya Air, dan Satpol PP.
Pengawas dari Suku Dinas Air Pasar Minggu Anwar Wartoyo menargetkan pembangunan tanggul rampung malam ini. Tanggul sementara akan berukuran sekitar lima meter, menutupi bagian tanggul yang jebol.
"Mudah-mudahan bisa beres malam ini. Tanggul ini untuk sementara saja," kata Anwar saat ditemui CNNIndonesia.com di lokasi tanggul jebol.
Untuk membangun tanggul sementara, kata Anwar, petugas akan memasang dolken atau kayu yang kuat menahan arus air. Dolken akan berfungsi sebagai rangka tanggul dan dibenamkan ke tanah. Lalu karung-karung pasir akan difungsikan sebagai pemberat dan penahan air.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com saat ini sudah ada puluhan sak pasir yang siap digunakan di sekitar lokasi tanggul. Ada juga tumpukan dolken.
"Semua bahan sudah disediakan oleh Sudin Tata Air Kecamatan Pasar Minggu," kata Anwar.
Jebolnya tanggul di Jati Padang telah menyebabkan puluhan rumah tergenang air dengan ketinggian bervariasi, mulai dari 0,5 hingga 1,5 meter.
Sampai saat ini sudah ada tiga korban akibat tanggul jebol. Gito dan Martin mengalami luka ringan tergores patahan tanggul, sementara Yanti tertimpa kulkas yang terbawa arus deras air. (gil)
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, normalisasi tanpa memindahkan warga akan berakhir sia-sia.
"Normalisasi sungai tanpa pemindahan warga tidak mungkin. Normalisasi itu sungai harus dikeruk dan dilebarkan, kalau ditanggul terus pasti akan jebol," kata Sutopo saat jumpa media di Jakarta Timur, Kamis (21/12).
Sutopo mencontohkan kondisi Kali Pulo, Jati Padang, Jakarta Selatan, yang baru jebol beberapa waktu lalu. Ia mengetahui tanggul tersebut sudah jebol sebanyak lima kali. Tanggul yang jebol berkali-kali menjadi salah satu bukti bahwa kali tersebut harus dilebarkan.
Dulu, kata Sutopo, Kali Pulo memiliki lebar 30 meter. Semakin lama, lebar sungai semakin berkurang karena warga membangun rumah. Kurang lebih saat ini lebar kali tersebut hanya satu sampai tiga meter.
"Hampir 90 persen hujan yang jatuh pasti jadi aliran permukaan, kemampuan drainase Kali Pulo tidak bisa mengalirkan. Pasti air akan luber, menghantam tanggul kemudian jebol karena tidak kuat," kata Sutopo.
Normalisasi sungai dengan pelebaran arus bisa dilanjutkan naturalisasi dengan menanam tumbuhan di bantaran sungai. Naturalisasi tidak disarankan, kata Sutopo, bila normalisasi hanya dengan membuat tanggul.
"Makanya warga itu harus dipindahkan, dengan cara ganti untung seperti membangun jalan tol," kata Sutopo.
Warga RW 06 Kelurahan Jati Padang, Jakarta Selatan, menyetujui rencana normalisasi sungai Kali Pulo yang digagas Pemprov DKI Jakarta. Namun mereka mengaku keberatan andai harus direlokasi dari tempat tinggal mereka saat ini.
Ketua RW 06 Jati Padang Arief Syamsuddin mengatakan, warga sudah melakukan pembicaraan soal hal tersebut. Dalam pembicaraan tersebut, kata Arief, warga berharap normalisasi hanya sampai lima meter. Tidak 20 meter seperti yang ada dalam regulasi normalisasi sungai.
"Kalau menurut aturan yang ada, normalisasi memang harus 20 meter. Cuma warga minta 5 meter saja. Jadi misalnya sekarang sungai [sekarang lebarnya] ada 3 meter, tinggal ditambah di kiri dan kanan [sepanjang masing-masing] satu meter," ungkapnya kepada CNNIndonesia.com saat dihubungi Selasa malam (19/12).
Cerita Warga Hadapi Maut saat Tanggul Jebol di Jati Padang
Suasana permukiman setelah tanggul Jati Padang jebol, Rabu (20/12). (CNN Indonesia/Dhio Faiz)Jakarta, CNN Indonesia -- Gito (45) berjuang mempertahankan nyawanya saat air limpahan Kali Pulo menerjang permukiman warga akibat tanggul jebol di RT03/06 Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (20/12).
"Saya kira saya bakal meninggal. Airnya kuat banget, saya sampai sesak," kata Gito saat ditemui di lokasi tanggul jebol.
Tanggul Kali Pulo di Jati Padang kembali jebol pasca hujan deras mengguyur Jakarta sepanjang siang. Jebolnya tanggul itu berlangsung cepat tanpa disadari Gito sekitar pukul 14.30.
Saat kejadian, Gito tengah berkeliling mengingatkan warga yang bermukim sekitar tanggul untuk waspada. Pasalnya, akibat hujan deras yang mengguyur sejak Selasa (19/12) malam, arus sungai Kali Pulo sangat deras dan hampir melewati tanggul.
Gito sempat mampir di kediaman Maman, yang berada satu meter di depan tanggul. Ia mengingatkan anak Maman, Yanti, untuk merapikan rumah dan bersiap-siap jika tanggul jebol sewaktu-waktu.
"Lalu tiba-tiba terdengar suara gemuruh air. Suaranya kencang," kata Gito.
Gito latas melihat tanggul di depan rumah Maman yang mulai retak. Syahdan, Yanti memegangi retakan agar tidak jebol. Gito secara spontan menggantikan Yanti untuk menahan tanggul.
Akan tetapi kuatnya arus Kali Pulo tak bisa dibendung oleh Gito seorang diri.
Gito dan Yanti pun terlempar ke dalam rumah Maman. Mereka berusaha melawan arus tapi arus membuat mereka pontang-panting.
"Saya kunang-kunang, nyesek banget. Terus saya dengar bu Yanti teriak-teriak kejepit kulkas," ujarnya.
Tanpa pikir panjang, Gito berusaha menyelamatkan Yanti. Yanti sudah dalam kondisi tak sadarkan diri saat Gito membopongnya keluar melawan arus deras.
Di luar sudah banyak warga yang berkumpul, tetapi tidak bisa menolong ke dalam rumah karena luapan air yang semakin meninggi. Ketika tanggul jebol, ketinggian air di rumah Maman mencapai dada orang dewasa.
Yanti pun dibawa ke Puskesmas terdekat untuk penanganan medis. Saat ini Yanti, Gito, dan satu korban lainnya, Martin, sudah berada dalam pengawasan Ketua RT 14 RW 06 Mardana.
Warga berkumpul di lokasi tanggul jebol Jati Padang. (CNN Indonesia/Dhio Faiz)
Bangun tanggul sementara
Warga RW 06 Jati Padang kini membangun tanggul sementara untuk menopang aliran Kali Pulo. Warga dibantu satuan petugas yang terdiri dari petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU), Sumber Daya Air, dan Satpol PP.
Pengawas dari Suku Dinas Air Pasar Minggu Anwar Wartoyo menargetkan pembangunan tanggul rampung malam ini. Tanggul sementara akan berukuran sekitar lima meter, menutupi bagian tanggul yang jebol.
"Mudah-mudahan bisa beres malam ini. Tanggul ini untuk sementara saja," kata Anwar saat ditemui CNNIndonesia.com di lokasi tanggul jebol.
Untuk membangun tanggul sementara, kata Anwar, petugas akan memasang dolken atau kayu yang kuat menahan arus air. Dolken akan berfungsi sebagai rangka tanggul dan dibenamkan ke tanah. Lalu karung-karung pasir akan difungsikan sebagai pemberat dan penahan air.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com saat ini sudah ada puluhan sak pasir yang siap digunakan di sekitar lokasi tanggul. Ada juga tumpukan dolken.
"Semua bahan sudah disediakan oleh Sudin Tata Air Kecamatan Pasar Minggu," kata Anwar.
Jebolnya tanggul di Jati Padang telah menyebabkan puluhan rumah tergenang air dengan ketinggian bervariasi, mulai dari 0,5 hingga 1,5 meter.
Sampai saat ini sudah ada tiga korban akibat tanggul jebol. Gito dan Martin mengalami luka ringan tergores patahan tanggul, sementara Yanti tertimpa kulkas yang terbawa arus deras air. (gil)