Kebodohan memang menyebalkan. Juga merepotkan. Ada sekelompok orang bodoh yang lagaknya sok bawa-bawa agama. Dia menolak vaksinasi, karena k...
Kebodohan memang menyebalkan. Juga merepotkan.
Ada sekelompok orang bodoh yang lagaknya sok bawa-bawa agama. Dia menolak vaksinasi, karena katanya, vaksin bukan barang yang terjamin kehalalannya. Makanya anak-anak mereka menolak divaksin. Biar jadi anak halal.
Bukan kelas anak biasa. Bahkan, sekelas artis, yang menjadi pembicara keagamaan juga ikut menyebarkan semangat anti vaksin ini. Sialnya, banyak orang tua bloon yang mengikuti langkah tersebut. Demi alasan keagamaan yang tidak jelas, mereka menelantarkan anaknya sendiri.
Akibatnya, kini dirasakan di Indonesia. Wabah Difteri kembali mengganas. Kementerian Kesehatan sudah menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) karena penyakit mematikan yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diptheriae ini telah memakan puluhan korban jiwa setidaknya di 20 provinsi.
Data Kementerian Kesehatan menujukkan sampai dengan November 2017, ada 95 kabupaten dan kota dari 20 provinsi yang melaporkan kasus difteri. Secara keseluruhan terdapat 622 kasus, 32 diantaranya meninggal dunia.
Sementara pada kurun waktu Oktober hingga November 2017, ada 11 Provinsi yang melaporkan terjadinya KLB difteri, antara lain di Sumatra Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur.
Padahal Indonesia sebelumnya sudah bisa dikatakan bebas Difeteri. Kenapa muncul lagi?
Karena di sebuah masyarakat adanya imunity gap, atau kekosongan kekebalan. Ini karena ada sebagian masyarakat yang menolak divaksin. Di tubuh merekalah bakteri mematikan itu berkembangbiak. Bahkan akan merembet ke orang lain lagi.
Biasanya penyakit ini menimpa anak-anak. Tapi, sekarang ditemukan kasus pada orang tua yang memang saat mereka kecil dulu belum ada program vaksin.
Idealnya diseminasi vaksin harus mencapai 80% dari total penduduk untuk mengurangi bakteri berkembang biak. Jika hanya mencapai 60% saja, ini akan sangat berbahaya bagi kehidupan masyarakat. Sebarannya akan mengancam kesehatan banyak orang.
Artinya, mereka yang anti vaksin, meski katanya untuk dirinya dan keluarganya sendiri pada akhirnya juga ikut mengembangbiakkan bakteri berbahaya dalam masyarakat. Itulah sialnya kebodohan, bukan hanya berbahaya bagi dirinya, juga menyebabkan orang lain celaka.
Di dunia kesehatan kita saksikan orang bodoh yang pemahaman agamanya pada akhirnya menyebabkan kerugian orang lain.
Penyebabnya karena kebodohan. Di masyarakat juga ada virus lain yang kini rajin disebarkan ke kepala orang-orang yang malas berfikir : KHILAFAH!
Mereka bilang, khilafah adalah jawaban dari segala persoalan. Padahal mereka gak tahu, adakah negara yang sudah menggunakan sistem ini, dan terbukti sukses? Yang ada malah kacau negaranya. Sampai sekarang tidak ada contoh keberhasilan sebuah negara modern yang mengusung sistem khilafah.
Terus kini disorong-dorong untuk menegakkan sistem yang gak ada contohnya? Emang Indonesia ini punya nenek lu!
Mimpi mereka soal khilafah, sama seperti keinginan melihat suster ngesot lomba balap karung. Wong, jalan aja susah!
Yang merepotkan sekarang banyak PNS yang digaj dari duit rakyat, malah merasukan virus khilafah. Mereka mendukung sistem yang bertujuan menghancurkan negaranya. Ini benar-benar PNS kampret!
Kalau mereka mau main khilafah-khilafan, lalu keluar dari Indonesia sih, sebodo teuing. Bukan urusan kita. Pergi saja dari Indonesia, cari negara yang cocok. Tapi, sialnya, ada orang yang jihad ke Suriah karena mau hidup dalam negeri khilafah, kini malah balik lagi ke Indonesia.
Selain itu banyak pencaramah agama juga terus mengasong virus khilafah kemana-mana. Mereka menyebarkan bakteri berbahaya bagi kehidupan umat dan bangsa.
Kini MK sudah menolak gugatan mereka. UU Ormas telah disyahkan. Ini adalah satu langkah untuk mencegah virus khilafah terus berkembang biak.
Langkah lainnya adalah imunasasi : beragamalah dengan akal!
Sebab Tuhan menurunkan agama hanya untuk orang-orang yang berakal. Hanya untuk orang-orang yang mau mengambil pelajaran.
"Aku dulu waktu kecil diimunisasi pesek, mas. Makanya sekarang agak mancungan," celetuk Bambang Kusnadi.