"Kita gini, keselamatan itu nomor satu, apalagi di tempat kerja itu harus selalu aman. Tadi ada laporan bahwa tadi di lantai 11 (gedung...
"Kita gini, keselamatan itu nomor satu, apalagi di tempat kerja itu harus selalu aman. Tadi ada laporan bahwa tadi di lantai 11 (gedung DPRD) itu temboknya miring dan sudah mulai retak, jadi saya lihat sekalian… Kita semua lihat di sana ada retak dengan cukup, 20 derajat tembok di lantai 11 itu miring dari siku cukup besar dan nanti akan kami perbaiki… Gedung ini dibangun tahun 2011, karena jadi ruang filler AC yang getarannya cukup kuat. Mungkin getarannya cukup kuat di bagian situ dan perlu penguatan yang ekstra, nanti diperkuat, itu aja sih… " ujar Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (15/12/2017). SUMBER
Bancakan merupakan sebuah hidangan yang disediakan dalam selamatan. Dan bancakan yang terjadi di Jakarta adalah bancakan uang. Uang menutup logika, membutakan mata, dan merusak agama. Uang, uang, uang itulah yang menjadi tujuan manusia wanprestasi dan nihil integritas.
Semakin dangkal integritas, semakin mudah juga mereka menggunakan uang. Bahkan logika pun diputar balik, untuk menjalankan sebuah keberpihakan kepada uang. Ibarat ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk, demikian juga sedang terjadi dengan Anies.
Semakin Anies melihat pundi-pundi uang, semakin juga ia menunduk. Bukan menunduk dalam artian rendah hati, Anies malah terlihat tunduk pada keinginan sang dalang, yang memasangkan benang-benang tak terlihat di tangan, kaki, mulut, dan seluruh tubuhnya. Sang dalang yang tak terlihat itu, dengan jelas memanfaatkan posisi Anies.
Bahkan setiap tutur katanya sekarang mulai bertolak belakang dengan apa yang ia sudah janjikan pada masa kampanye. Mental “asal bapak senang” ada di hidup Anies. Pendidikan tinggi, tidak pernah menjadi patokan kita dalam melihat karakter seseorang.
Setelah Anies sudah melakukan blunder-blunder dalam menata banjir dan kata, ia sekarang melakukan blunder yang lebih parah. Blunder otak alias blunder pemikiran. Saya tidak bisa bayangkan semiring apa gedung DPRD sehingga bisa dikatakan 20 derajat. Sedangkan gedung yang terlihat jelas-jelas miring, yakni menara Pisa di Italia, kemiringannya tidak sampai 4 derajat.
Bagaimana bentuk tembok yang miring 20 derajat menurut Anies? Lagi-lagi demi sebuah pencairan dana perbaikan, ia melanggar akal sehatnya dan common sense yang dimiliki. Terlebih lagi, ia adalah seorang lulusan program doktoral di Amerika.
Dengan pendidikan tingginya, saya yakin ia tau makna 20 derajat. Apa arti dari kemiringan 20 derajat. 20 derajat vertikal artinya 70 derajat horizontal. Sumbu vertikal dan horizontal terpisah 90 derajat. Jika dalam bahas Inggris, sudut horizontal dan vertikal memiliki sifat complementary.
Artinya dua sudut yang berjumlah 90 derajat. Untuk pengetahuan tambahan, jika total sudutnya saling berpelurus, namanya supplementary, artinya berjumlah 180 derajat. Anggap saja Anies masih cukup waras dalam mengatakan sudut 20 derajat adalah 20 derajat vertikal. Karena untuk berbohongpun, harus ada unsur kebenaran dan logika di dalamnya, agar bisa dimengerti.
Jika 20 derajat vertikal, yang artinya 70 derajat horizontal, pahamkah semiring apa sudut 70 derajat horizontal tersebut? 70 derajat horizontal atau 20 derajat vertikal itu kira-kira sudah jelas pada gambar. Lucu sekali, seorang gubernur bisa bicara sesuatu yang gabener sama sekali. Mana foto buktinya? Berikan buktinya, jangan bicara dulu.
Perhitungan macam apa yang digunakan Anies atau tim bangunan yang ada? 20 derajat itu bukan main-main. Atau memang jangan-jangan tiang gedung itu memang dirancang untuk miring sekian derajat? Saya sebagai guru matematika, sangat tersinggung dengan statement Anies, yang terlihat misleading and fooling. Bayangkan saja, jika anak Anies diajarkan pengajaran seperti itu, bagaimana kelak ia akan menjadi manusia terpelajar?
Sampai saat ini, saya berkesimpulan bahwa secara gabener, gubernur ini sedang membodohi warga Jakarta. Jadi slogan “Maju kotanya, bahagia warganya”, tidak berlebihan jika saya ubah menjadi “Maju perutnya, bodoh warganya”. Ini fakta, bukan sekadar opini.
Sejak 2014, matematika diinjak-injak dan dinista oleh Prabowo dan pengikutnya. Lihat saja bagaimana ilmu pasti seperti statistika bisa digunakan untuk memenangkan Prabowo, yang pada akhirnya diselesaikan di MK. Sekarang di tahun 2017, sang gabener, eh, maksud saya gubernur, yang merupakan pecatan menteri pendidikan pun sedang menista matematika! 20 derajat itu miring banget loh!
