Akhirnya yg semula saya ingin puasa mengomentari Gubernur dan Wakilnya gak tahan juga. Mengelola Jakarta seperti tukang kerak telor dikejar ...
Akhirnya yg semula saya ingin puasa mengomentari Gubernur dan Wakilnya gak tahan juga. Mengelola Jakarta seperti tukang kerak telor dikejar satpol PP, lari sana-sini, ngomongnya seperti orang gak punya malu, dari mulai ngeles sampai pakai istilah aneh-aneh, kesannya jadi seperti yg penting mangap. Terakhir miris dan ironis, urusan judi, narkoba, sampai keamanan mau diserahkan ke bang japar, Japar itu siapa, apa kapasitasnya untuk sebuah negara atau minimal untuk Jakarta, soal tanah abang mau didiskusikan dengan preman, ibu kota kok jadi mainan.
Andai saja dua pejabat salah urat ini sekelas ketua RT, besok bisa dicopot, lha ini Gubernur, jadinyapun sudah memakan energi besar, selain uang, kita hampir perang saudara gara-gara agama dijadikan mainan untuk memuluskan sebuah nafsu kekuasaan. Tekanan demi tekanan, pengusiran mayat sampai Djarot shalat jumat diusir agar cepat keluar masjid, islam jadi tak bersahabat bahkan kepada mayat yg tak ikut urusan nyoblos.
Pemaksaan dua manusia ngaco untuk duduk sebagai pemegang amanah mengurus Ibu Kota memang jadi penuh resiko yg besar, membuat janji kampanye begitu bombastis, dari dp 0 persen, umk, stop reklamasi, dll. Tak usah merealisasikan janji langit yg mereka ucapkan, ngurus tanah abang dan merapikan terotoar saja mereka tak bisa. Dari semula kita sudah merasa, meneruskan bekas kerjaan Jokowi dan Ahok gak gampang, sisa kerjaan dari orang yg penuh pengabdian bukan nafsu kekuasaan, sekarang kita tau jelas mereka berdua keringetan, bakmelangkah dilumpur hidup, ditarik berat, diteruskan tenggelam.
Pertarungan pilkada paling melelahkan sekaligus memalukan sepanjang sejarah RI. Tekanan demi tekanan, hujatan, makian, penistaan dan dagelan kelas bawahan semua dijalankan. Orang seantero negeri tau siapa dibelakang mereka. Pak JK tidak bisa berdusta karena Bapak lupa saat proses pilkada berjalan,Bapak ikut digaris depan mendukung Anies Baswedan sebagai anak pilihan, kehadiran zakir naik ulama musuh india dan mulutnya selalu menyudutkan agama orang yg tidak sepaham, dia hadir dan mampir ke istana wapres, Pak JK menerimanya. Kondisi panas yg digagas manusia ngragas makin buas, bila saja Ahok gagal menjadi tumbal kita mungkin masih melihat kepulan asap dari puing kebakaran disudut-sudut Jakarta akibat perang saudara.
Hari ini, mereka sudah dilantik, kelakuannya membuat bulu kuduk bergidik, ketololan dipertontonkan, entah sengaja entah memang begitu kelakukannhya, yang pasti Jakarta jadi seperti kota sedang dicabik srigala, entah apa jadinya kelak bila pola kerja yg dijalankan tanpa kapasitas yg pantas untuk sebuah tugas.
Pak JK dan Pak Prabowo yang mulia, anda berdua tidak bisa pura-pura lupa karena mereka berdua adalah buah dari kolaborasi sebuah misi mengambil alih pemerintahan yg sedang baik-baiknya dikerjakan oleh orang yg penuh amanah, namun karena kalian tidak suka, Ahok menjadi target utama dan semua orang tau dengan cara apa pertarungan itu dijalankan, seperti orang kesurupan semua kebaikan yang dikerjakan untuk kemaslahatan warga Jakarta dipaksa tidak ada, semua menjadi salah, sekarang didepan mata, apa yg dilakukan Gubernur baru yg jadinya terburu-buru, bisa-bisa Jakarta jadi rumah hantu.
Saya adalah 1 dari 250 juta rakyat Indonesia yg merasa pilkada Jakarta adalah sebuah malapetaka untuk Indonesia, jadi bahan tertawaan dunia, lucu-lucuan tak bermakna. Bapak harus istighfar mengaku dosa karena untuk sebuah negara tidak bisa main coba-coba, begitu dapat manusia celaka kita menyesalnya dari ujung kaki sampai kepala dan korbannya pasti rakyat yg tak berdosa... ah untung saja hari ini Kahiyang melepas lajang, kalau tidak dia bisa disalahkan kenapa jalan ditrotoar tanah abang..macettttt
# otak kita yg gamang, yg jalan kaki dimaki-maki. Jendral jadi gabener itu mudah, jadi Gubernur itu tak mudah.
(Iyyas Subiakto, FB)